Articles

Pelatihan BMP Budi Daya Udang Windu, Tak Mengenal Keterbatasan dan Usia

    Read 260 times berita

Pelatihan Better Management Practices (BMP) yang diberikan kepada para pandega (operator) tambak kelompok Eco Shrimp dampingan LSM KOIN (Konservasi Indonesia), anggota JARING-Nusantara, berlangsung pada tanggal 28 Januari kemarin. Pelatihan yang bertempat di Desa Penatar Sewu, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo ini dibentuk sebagai sarana diskusi dan belajar bersama mengenai budi daya udang yang berkelanjutan sesuai dengan panduan yang ada dalam BMP. Pelatihan ini merupakan langkah awal dalam pelaksanaan Program Perbaikan Perikanan Budidaya (Aquaculture Improvement Program/AIP).

Pelatihan BMP Budidaya Udang Windu tersebut dihadiri oleh 9 orang peserta pandega tambak kelompok Eco shrimp yang mana hampir seluruh peserta sudah bekerja kurang lebih 15 tahun. Oleh karena itu, kemampuan dan pengalaman tentang budi daya udang windu sudah tidak diragukan lagi. Walaupun kebanyakan para pandega tambak ini sudah lanjut usia, bahkan untuk membaca dan menulis pun sangat sulit dilakukan, namun dengan itu tak menyurutkan semangat para pandega untuk mengikuti pelatihan BMP Budidaya Udang Windu.  

“Belajar Tak Mengenal Umur”, itulah kata-kata motivasi yang mereka ucapkan.

Diskusi dan Belajar Bersama Kelompok Eco Shrimp
Pelatihan diawali dengan adanya pretest sebagai penyegaran awal sebelum materi pelatihan diberikan. Wahju Subachri (Senior Officer Aquaculture) membuka pelatihan dengan menanyakan beberapa kendala yang dihadapi oleh para pembudidaya. Pak Anwar, salah satu pandega tambak dengan lantang menjawab, “Umur satu bulan udang terkena penyakit, kualitas air jelek, pertumbuhan udang lambat”. Pak Mariadi yang juga seorang pandega tambak melontarkan permasalahan yang dihadapi seperti pakan alami yang tidak tumbuh, kualitas benur yang kurang baik dan cuaca yang tidak stabil.

Foto bersama pendega tambak © Candhika Yusuf/WWF-Indonesia

Pada proses pelatihan, Wahju menjelaskan isi BMP mengenai persiapan lahan budi daya, pemilihan benur dan penebaran benur, kualitas air budi daya, penumbuhan pakan alami, serta pencatatan kegiatan budi daya. Setelah pemaparan materi dari Wahju selesai, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Dalam sesi tanya jawab, para pandega mengungkapkan keingintahuan mereka mengenai teknis budi daya udang seperti apa yang harus dilakukan agar udang tidak terkena penyakit, bagaimana cara menumbuhkan pakan alami, dan bagaimana cara melakukan persiapan lahan yang baik. Setelah sesi tanya jawab selesai, para pandega diberikan post-test sebagai penilaian apakah pelatihan BMP ini dapat dimengerti oleh para peserta.

Penyampaian materi oleh Pak Wahju © Candhika Yusuf/WWF-Indonesia

Namun, selama aktivitas berlangsung beberapa tantangan muncul dari pelatihan ini, seperti beberapa pendega yang tidak membawa alat baca seperti kacamata sehingga mereka kesulitan menjawab soal pre-test danpost-test yang diberikan. Selain itu, karena beberapa petambak lanjut usia yang tidak bisa membaca dengan lancar menunjukan seolah-olah mereka tidak paham tentang materi pelatihan, padahal pada saat sesi diskusi tentang kegiatan budi daya yang dilakukan, mereka terlihat sangat paham.

Pembudidaya juga menyampaikan harapan agar dapat difasilitasi dalam hal pengukuran kualitas air dan pemilihan benur yang baik. Sehingga kegiatan budi daya udang windu yang dilakukan kelompok Eco Shrimp di masa mendatang sudah berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Penulis : Agis Riyani (Fasilitator Lokal Aquaculture Improvement Program Jawa, WWF-Indonesia)