Forum Rumput Laut Alor atau FoRLa yang lahir pada Tahun 2007 tidak terlalu gaung di telinga warga Alor. Hanya beberapa warga dan petani rumput laut di desa dampingan saja yang mengetahui keberadaan FoRLa. FoRLa sudah menjadi rumah rumput laut yang memberikan banyak bantuan kepada petani dalam pendampingan, perbaikan mutu serta dukungan modal untuk memperkuat jaringan pembudidaya antar desa. FoRLa juga membantu petani rumput laut dalam memberikan informasi pembudidaya tentang teknis budidaya. Selain itu, juga memfasilitasi bibit disaat petani mengalami kesulitan.
Tahun ini tanpa kami ketahui, FoRLa didaftarkan oleh seorang teman sekerja kami Nur Ahyani dalam satu ajang “Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia” atau SATU Indonesia. Pada bulan April 2015 kami mendapatkan telepon dari Jakarta, bahwa FoRLa terverifikasi untuk kelompok yang terdaftar dalam event SATU Indonesia.
Pada tanggal 5 Agustus, kami ditelepon oleh panitia SATU Indonesia yang menyampaikan bahwa kami masuk dalam kelompok 24 besar. Perasaan awalnya biasa saja, tapi saat disampaikan oleh panitia bahwa akan ada pihak panitian yang datang mengunjungi kami untuk melihat dari dekat seluruh kegiatan FoRLa, saya baru menyadari kalau ini pasti “sesuatu” yang luar biasa. Rencana berjalan lancar, tim akan tiba pada tanggal 9 Agustus.
Kunjungan Ke Alor
Tanggal 9 Agustus, atas nama FoRLa Alor saya bertemu dengan panitia yang ternyata adalah teman-teman dari Tempo Jakarta. Ada Pak Dian, Kak Lina, Mas Andi dan Mas Alfan. Dari hasil obrolan kami akhirnya saya mengtahui jika dari 2071 peserta yang terdaftar, FoRLa masuk 24 besar untuk diverifikasi.
Hari berikutnya dari tanggal 10 s/d 11 Agustus pada perjalanan liputan aktivitas FoRLa dimulai dari kantor FoRLa untuk wawancara bersama pengurus FoRLa, lanjut ke Lapangan di Wahing, Aimoli dan Alaang, Pante Deere melihat kegiatan budidaya, wawancara dengan petani dampingan FoRLa, serta bertemu dan sekaligus wawancara dengan Bupati Alor selaku pemerintah daerah. Kegiatan menggali informasi mendalam tentang FoRLa dilakukan oleh teman-teman Tempo. Seperti, apa saja yang akan dilakukan bersama FoRLa, bagaimana dampaknya bagi mereka, dan apa yang dibutuhkan selanjutnya dari FoRLa. Semua hal dapat ditanyakan, tapi dapat lebih terlihat dari gambar bahwa tidak ada jarak antara FoRLa dan anggota dampingannya. Kegiatan selesai pada tanggal 12 September, perjalanan panitia di FoRLa telah direkam.
Perjalanan Panjang Menuju Jakarta
Tanggal 17 September, kami mendengar kalau FoRLa masuk kedalam kelompok 12 besar dan diminta ke Jakarta untuk mengikuti penjurian presentasi. Kami merasa sangat senang. Namun, kami mendapatkan berita buruk bahwa semua tiket pesawat penuh, dan kami harus berangkat dengan seorang pendamping anak muda.
Dengan susah payah kami mengurus segalanya. Atas bantuan Nur Ahyani dan WWF-Indonesia biaya perjalanan mendatangkan motivator anak muda dari Kayang dengan menggunakan perahu motor di luar jam reguler menuju Kupang. Akhirnya perjalanan ke Kupang berjalan lancar. Selama di Kupang Mas Tardi dari WWF-Indonesia membantu perjalanan kami hingga sampai Jakarta. Senin 21 september pukul 18:30, kami tiba di Bandara Soekarno Hatta Jakarta disambut panitia dengan makan dan minum sepuasnya.
Keesokan harinya acara Penjurian dimulai. Pembukaan dibuka oleh Pak Yulian Warman sebagai Head of Public Relations Division, dan sambutan acara oleh Pak Faslil Djalal yang memperkenalkan seluruh peserta yang berhasil lolos hingga tahap 12 besar. Dari pertemuan tesebut akhirnya kami tahu kalau ada dua kategori kegiatan, yakni kategori individu dan kelompok.
Hidup Bersama FoRLa
Presentasi FoRLa yang dimulai pukul 16:00 terasa sangat menarik dengan adanya diskusi. Setelahnya, kami diberi kesempatan untuk makan malam bersama dewan juri dan seluruh panitia. Kami merasa beruntung mendapatkan berkat ini. Jika pada akhirnya kami tidak menang pun kami sudah merasa bangga.
Pada 23-24 September kami kembali pulang ke tanah asal. Selama perjalanan Jakarta-Kupang-Alor kami merenung dan tersenyum terharu sudah sampai sejauh ini. Tanggal 1 Oktober, seorang teman menginformasikan tentang SATU Indonesia kepada kami. Setelah kami cek informasinya, diketahui kalau FoRLa belum masuk sebagai juara. Kami sudah berusaha, juri pun sudah memilih hasilnya. Itu bukan masalah bagi kami. Kami mendapat apresiasi sampai sejauh ini. Itu seperti angin segar bagi peluh kami. Diatas semua itu kami percaya Tuhan punya rencana bagi FoRLa ke depan.
Mengingat kami hanyalah segelintir orang yang berusaha sekuat tenaga tetap ada bagi mereka, kami bekerja tanpa meminta imbalan. Bagi kami imbalan terbesar kami adalah ketika melihat petani tersenyum. Karena kami tidak bekerja untuk menjadi juara tetapi kami bekerja dengan hati untuk membudidayakan rumput laut di Alor.
Penulis : Emy Maro