Oleh Nur Ahyani
Sebanyak 67% penduduk di kabupaten yang terletak di bagian paling timur dari Kepulauan Nusa Tenggara ini mengantungkan hidupnya pada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Pada sektor perikanan budi daya, rumput laut mendominasi kegiatan budi daya yang ada. Tersebar di empat kecamatan, yaitu Kecamatan Pantar, Pantar Barat Laut, Alor Barat Laut, Teluk Mutiara, dan Kabola, budi daya rumput laut menjadi usaha yang populer dilakukan oleh masyarakat pesisir Alor. Perairan yang sesuai untuk budidaya dan juga akses pasar merupakan kunci berjalanannya usaha budi daya ini.
Forum Rumput Laut Alor (FoRLa-Alor) dipelopori oleh delapan orang motivator, empat orang pengumpul desa, serta diinisiasi dan difasilitasi oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Swiscontact. Setelah didirikan enam tahun yang lalu pada 27 September 2007, FoRLa-Alor pun legal secara hukum pada tanggal 26 Juni 2008. Saat ini FoRLa-Alor diketuai oleh Pelipus Laka dan didampingi oleh Helmy Janne Maro dan Asyari Karim sebagai sekretaris dan bendahara. Forum ini merupakan satu-satunya lembaga lokal non-pemerintah yang mendukung pengembangan budi daya rumput laut di Kabupaten Alor dan diharapkan menjadi wadah sentral informasi terkait semua tentang rumput laut. FoRLa sendiri mengelompokkan unit pelayanannya menjadi unit dana bergulir, unit usaha (kebun bibit, jual beli rumput laut kering, pengolahan rumput laut), unit Informasi dan unit pengembangan kapasitas dan pelatihan. Tidak hanya pembudidaya rumput laut yang tergabung dalam wadah ini, para pengumpul rumput laut dankalangan yang peduli terhadap pengembangan rumput laut di Alor juga menjadi anggota yang aktif. FoRLa-Alor memiliki champion di setiap desa binaan yang disebut motivator. Motivator inilah yang menjadi ujung tombak dari corong informasi FoRLa. Melalui motivator yang telah dilatih, pembelajaran mengenai rumput laut pun dapat sampai kepada pembudi daya di pelosok sebelas desa di empat kecamatan yang ada.
Dengan tujuan yang sama, yaitu untuk menyokong pengembangan budi daya rumput laut, FoRLa-Alor bergabung dalam Jaring-Nusantara (JARNUS), jaringan antar kelompok maupun lembaga lokal yang diinisiasi WWF-ID untuk mempromosikan perikanan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab, pada tanggal 18 Juli 2013. Enam desa binaan FoRLa yang disetujui untuk dilakukan Program Perbaikan Perikanan Budi Daya atau Aquaculture Improvement Program (AIP) rumput laut adalah Desa Alaang, Desa Bana, Kelurahan Kabola, Pulau Lapang, Desa Kayang, Desa Kalondama Barat. Dalam periode sepuluh bulan kerja sama, diharapkan 20% dari total pembudidaya rumput laut di enam desa dapat melakukan budi daya yang mengacu pada Better Management Practices (BMP) Budi Daya Rumput Laut Kotoni, Sacol, dan Spinosum. FoRLa pun akan melaksanakan sosialisasi BMP dalam waktu dekat ini kepada pada pembudidaya. Hal ini diharapkan akan mampu mengisi kesenjangan-kesenjangan praktik budi daya yang dilakukan sekarang dengan BMP, terutama dalam hal legalisasi usaha, penggunaan bibit yang berkualitas, dan penanganan pascapanen. Apabila kesenjangan-kesenjangan telah terisi, tujuan untuk mewujudkan perikanan budi daya rumput laut yang bertanggung jawab dengan pelibatan kurang lebih 221 pembudidaya yang berproduksi rumput laut sebesar ± 162 ton dapat terwujud.